Parigi Moutong.Rekan rakyat, – Sorotan tajam datang dari Anggota DPRD Parigi Moutong, I Ketut Mardika, terkait jebolnya tanggul pasir di Desa Balinggi Jati, Kecamatan Balinggi. Ia meminta agar pemerintah tidak lagi menambal kerusakan secara sementara, melainkan membangun tanggul permanen demi keselamatan warga.
“Kalau tidak ditangani permanen, setiap tahun warga akan terus jadi korban banjir,” ujar Ketut Mardika dengan nada tegas.
Desakan wakil rakyat itu mendapat respons dari Kepala BWSS III Palu, Dedi Yudha, yang menyebut penanganan tanggul harus melalui proses teknis mendalam.
“Belum bisa langsung dibangun karena harus ada desain dan penyelidikan tanah dulu. Kondisi tanah di sana berpasir, jadi kita perlu menentukan konstruksi yang sesuai,” jelasnya Selasa (31/6/2025)
Dedi membeberkan, kemungkinan solusi bukan hanya membangun tanggul baru, tetapi juga mengendalikan air dari hulu dengan membangun check dam, sabo dam, atau embung.
“Satu hari setelah kejadian, tim kami bersama BPBD Parigi sudah turun ke lapangan untuk identifikasi,” tambahnya.
BWSS III menilai banjir di Balinggi terjadi berulang akibat perubahan fungsi lahan di daerah hulu. Banyaknya aktivitas perkebunan membuat daerah tangkapan air (catchment area) berkurang drastis, sehingga air hujan langsung mengalir ke permukaan membawa sedimen dan menghantam tanggul.
“Masalah ini kompleks. Karena itu penanganannya tidak bisa hanya dari BWSS, tapi harus melibatkan pemerintah daerah. Sungai adalah aset negara, jadi pusat maupun daerah boleh melakukan intervensi selama ada koordinasi,” tutur Dedi.
Pernyataan BWSS tersebut sekaligus menjawab desakan DPRD yang berharap agar ada langkah nyata dari semua pihak. DPRD menilai, tanpa komitmen bersama, Balinggi akan terus menjadi langganan bencana setiap musim penghujan.
